"Kenanglah aku seperti orang asing yang
mengenang negaranya"
Tuhan menciptakan banyak kalimat Antonim
rupanya. Muda-tua, pendek-tinggi, cantik-jelek, pria-wanita, dan
pertemuan-perpisahan.
Pertemuan selalu berhak dengan perpisahan.
Perpisahan pun punya hak untuk bertemu kembali dengan sebuah pertemuan. Hidup
adalah tentang pertemuan dan perpisahan, bukan tentang siapa yang meninggalkan
dan siapa yang ditinggalkan. Tapi tentang seberapa banyak orang yang mencintai
dan menyayangi kita selama kita hidup menjadi manusia.
Hidup dan bernafas belum cukup
dikategorikan sebagai manusia yang bahagia. Hidup, bernafas, dicintai, adalah
contoh dari sebaik-baiknya manusia, manusia bahagia.
“Pril kangen gue Pril. Dan gue yakin banyak banget yang kangen sama lo Pril. Gue juga gak nyangka banyak yang syaang sama sama lo Pril. Berarti selama 23 tahun, lo berhasil menjadi manusia Pril. Haha”
Hari itu adalah hari perpisahanku yang
ke-tujuh-hari dengan teman-temanku, juga dengan Kota Satriaku, Purwokerto. Dimana
pada hari itu aku memang berhak untuk menjadi manusia yang bahagia. Bukan
bahagia karena banyak dicintai atau banyak yang merindukan. Melainkan, aku
bahagia karena ternyata aku sudah menjadi manusia yang benar-benar memanusiakan
manusia.
Pada hari itu juga aku benar-benar baru
sadar bahwa manusia yang sebenarnya adalah manusia yang bisa menghargai
sesamanya, manusia yang saling membantu, manusia yang saling mengasihi.
Terimakasih untuk seluruh manusia yang
telah memanusiakan aku sebagai manusia yang selalu dicintai, selalu dikasihi,
dan selalu disayangi sehingga aku pun dapat membalas dengan memanusiakan
manusia yang ada disekelilingku.
Dan sangat sadar, bahwa cinta yang indah
bukan didapatkan dari satu orang saja, melainkan cinta yang datangnya dari
banyak orang. Cinta dari keluarga, sahabat, dan guru.
A lot of love,
Manusia Bahagia